حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ
وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ
لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut:” Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh
Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. “ Q.S.
An-Nahl (27): 18
Ternyata
semut memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi sesama mereka, tetapi manusia
tidak bisa mendengarnya. Kecuali Nabi Sulaiman yang oleh Allah SWT diberi
kenikmatan bisa mengetahui bahasa semut.
Kita
dapat mengambil ibroh dari ayat tersebut bagaimana menjadi pemimpin dan juga tentang kepedulian pemimpin kepada
rakyatnya. Dimana seorang pemimpin yang memikirkan nasib rakyatnya,
mengingatkan ketika ada suatu bahaya yang akan menimpanya.
Seorang
pemimpin merupakan yang di anggap bisa menjadi pemikir, pengambil keputusan
dengan bijaksana dan pembawa kebaikan bagi yang dipimpinnya. Sehingga dalam
menjalankan tugasnya akan membawa rakyatnya menuju kesejahteraan dan
kebahagian. Mengarahkan kepada jalan yang benar dan juga memberi contoh yang
baik.
Memutuskan
perkara yang urgen dan mendesak dengan cepat dan tepat. Dengan semangat dan
ketegasannya membuat yang dipimpinnya bisa mentaati apa yang diperintahkannya.
Sehingga kata-kata yang selalu diucapkan menjadi suatu hal yang harus ditaati
karena sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kalau
melihat kehidupan rakyat semut mereka sangat memperhatikan bagaimana hidup
bermasyarakat. Ketika mereka berjalan atau mencari sesuatu disetiap bertemu
dengan temannya maka ia tidak sombong
dan selalu ada interkasi diantara mereka seperti berjabat tangan bisa
jadi sambil menyapa atau mengucapakan Assalamu’alaikum sebagaimana perintah
Rasulullah untuk saling berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika bertemu. Inilah bentuk kecerdasan sosial yang dimiliki oleh semut.
Bagaimana
sistem masyarakat yang tersusun rapi dengan pembagian tugas sesuai dengan
kemampuannya. Ada ratu sebagai leader, pekerja, dan pejantan. Mereka memiliki posisi dan tugas tersendiri dan faham betul tugasnya sehingga tidak saling mengganggu. Begitulah sebuah organisasi seharusnya berjalan dengan posisi dan tugas yang jelas. Sehingga apa yang menjadi tujuannya akan dapat tercapai dengan baik.
Semut
sangat kompak dalam melakukan tugas dalam bekerja, kita lihat bagaimana dalam
membawa makanan yang begitu besar maka mereka saling tolong menolong untuk membawa
makan itu menuju ke tempat penyimpanan makanan. Begitu gigih dan solidnya
mereka dalam bekerja tidak kenal lelah dan putus asa untuk menjalankan tugas
mereka walaupun medan yang dilalui kadang sangat sulit bahkan nyawa menjadi
taruhan. Nuun Wal Qolami wa maa
tashthuruun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar