Minggu, 23 Februari 2014

Belajar dari Semut Cara Memimpin, Bersosial dan Berorganisasi

Semut merupakan diantara 3 serangga yang terabadikan dalam Al-Qur’an. Dimana singkat cerita Ratu Semut memerintahkan kepada rakyatnya untuk masuk kedalam sarang mereka agar tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman dan bala tentaranya.
حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut:” Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. “ Q.S. An-Nahl (27): 18
Ternyata semut memiliki bahasa sendiri untuk berkomunikasi sesama mereka, tetapi manusia tidak bisa mendengarnya. Kecuali Nabi Sulaiman yang oleh Allah SWT diberi kenikmatan bisa mengetahui bahasa semut.


Kita dapat mengambil ibroh dari ayat tersebut bagaimana menjadi pemimpin dan juga tentang kepedulian pemimpin kepada rakyatnya. Dimana seorang pemimpin yang memikirkan nasib rakyatnya, mengingatkan ketika ada suatu bahaya yang akan menimpanya.
Seorang pemimpin merupakan yang di anggap bisa menjadi pemikir, pengambil keputusan dengan bijaksana dan pembawa kebaikan bagi yang dipimpinnya. Sehingga dalam menjalankan tugasnya akan membawa rakyatnya menuju kesejahteraan dan kebahagian. Mengarahkan kepada jalan yang benar dan juga memberi contoh yang baik.
Memutuskan perkara yang urgen dan mendesak dengan cepat dan tepat. Dengan semangat dan ketegasannya membuat yang dipimpinnya bisa mentaati apa yang diperintahkannya. Sehingga kata-kata yang selalu diucapkan menjadi suatu hal yang harus ditaati karena sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kalau melihat kehidupan rakyat semut mereka sangat memperhatikan bagaimana hidup bermasyarakat. Ketika mereka berjalan atau mencari sesuatu disetiap bertemu dengan temannya maka ia tidak sombong  dan selalu ada interkasi diantara mereka seperti berjabat tangan bisa jadi sambil menyapa atau mengucapakan Assalamu’alaikum sebagaimana perintah Rasulullah untuk saling berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika bertemu. Inilah bentuk kecerdasan sosial yang dimiliki oleh semut.
Bagaimana sistem masyarakat yang tersusun rapi dengan pembagian tugas sesuai dengan kemampuannya. Ada ratu sebagai leader, pekerja, dan pejantan. Mereka memiliki posisi dan tugas tersendiri dan faham betul tugasnya sehingga tidak saling mengganggu. Begitulah sebuah organisasi seharusnya berjalan dengan posisi dan tugas yang jelas. Sehingga apa yang menjadi tujuannya akan dapat tercapai dengan baik.


Semut sangat kompak dalam melakukan tugas dalam bekerja, kita lihat bagaimana dalam membawa makanan yang begitu besar maka mereka saling tolong menolong untuk membawa makan itu menuju ke tempat penyimpanan makanan. Begitu gigih dan solidnya mereka dalam bekerja tidak kenal lelah dan putus asa untuk menjalankan tugas mereka walaupun medan yang dilalui kadang sangat sulit bahkan nyawa menjadi taruhan. Nuun Wal Qolami wa maa tashthuruun 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar