Kamis, 13 Februari 2014

Boleh Merayakan Valentine Day?

Valentine Day dewasa ini merupakan semacam perayaan hari kasih sayang bagi setiap orang. Hari pengungkapan rasa cinta para kawula muda dengan berbagai ekspresi mulai dari rangkaian kata-kata indah, pemberian kado atau hadiah berupa coklat, bunga atau  barang berharga sampai hubungan sepasang kekasih memadu cinta. Padahal esensi dari cinta yang tulus adalah tanpa kontak fisik sebelum halal dalam menjalin hubungan.
Banyak versi sejarah tentang asal mula Valentine Day, mulai dari tradisi paganisme zaman Yunani kuno dan Romawi kuno, tanggal jatuhnya Kerajaan Islam Spanyol, atau hari kematian seorang Valentine sebagai pejuang cinta. Dari sekian cerita itu dapat kita ambil kesimpulan bahwa budaya perayaan Valentine Day adalah bukan dari Islam.

Apalagi pada zaman Yunani kuno Valentine Day terjadi pada pertengahan bulan Februari/ disebut bulan Gamelion adalah sebagai ritual keagamaan/ tradisi paganisme perhormatan dan pesta pora sebagai perayaan kasih sayang terhadap pernikahan dewa mereka, antara Dewa Zeus dan Hera.
Islam melarang umatnya untuk menyerupai perayaan non Islam, مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ Artinya “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. ” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Fenomena Valentine Day yang sepertinya ada dukungan dari berbagai media dengan iklan-iklan produk dan Valentine Day sendiri membuat peryaan ini sulit dihilangakan, karena di balik semua itu ada kepentingan bisnis. Sehingga perayaan yang bisa mendatangkan uang bagi pihak bisnismen akan sangat sulit dihilangkan.
Perayaan pesta pora Valentine Day tanpa memperhatikan manfaat dan mudhorot dilarang oleh Islam, karena berbuat boros itu adalah saudara setan. Tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ (17) :27
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. “
Mengingat masih banyaknya yang menganggap peryaan Valentine Day adalah seperti perayaan biasa yang lain, semisal hari ibu, hari pahlawan tentu diperlukan pemahaman kepada mereka, apalagi Islam melarang seseorang untuk mengikuti suatu hal tanpa ilmu.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
 “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. “  QS. Al-Isra’ (17): 36
Bahayanya lagi kalau kita tidak mengetahui ilmunya kita bisa terjerumus ke dalam kesyirikan, karena kata “Valentine” adalah bahasa latin yang artinya “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Maka dilarang mengucapkanto be myValentine” karena itu berarti kita meminta orang yang kita sayang untuk seperti Allah. Na’udzubillah min dzalik
Melihat dalil-dalil di atas maka umat Islam dilarang untuk ikut merayakan atau pun meseponsorinya, baik berupa ucapan, kirim kartu/ hadiah, mencetak dan membolehkan. Karena kita hanya boleh menolong dalam ketakwaan sebagaimana firman Allah dalam sural Al-Maidah وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. “ QS. AL-Maidah (5): 2

Tradisi Islam mengajarkan dalam berkasih sayang dengan berbagai macam cara tanpa mengistiweakan satu hari tertentu, karena hakikat dari rasa kasih sayang adalah setiap saat. Misalnya Rasulullah memerintahkan untuk saling mengucapkan salam, berjabatan tangan ketika ketemu dan saling memberi hadiah. Allahu A’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar