Valentine
Day dewasa ini merupakan semacam perayaan hari kasih sayang bagi setiap orang.
Hari pengungkapan rasa cinta para kawula muda dengan berbagai ekspresi mulai
dari rangkaian kata-kata indah, pemberian kado atau hadiah berupa coklat, bunga
atau barang berharga sampai hubungan
sepasang kekasih memadu cinta. Padahal esensi dari cinta yang tulus adalah
tanpa kontak fisik sebelum halal dalam menjalin hubungan.
Banyak
versi sejarah tentang asal mula Valentine Day, mulai dari tradisi paganisme zaman
Yunani kuno dan Romawi kuno, tanggal jatuhnya Kerajaan Islam Spanyol, atau hari
kematian seorang Valentine sebagai pejuang cinta. Dari sekian cerita itu dapat
kita ambil kesimpulan bahwa budaya perayaan Valentine Day adalah bukan dari
Islam.
Apalagi
pada zaman Yunani kuno Valentine Day terjadi pada pertengahan bulan Februari/
disebut bulan Gamelion adalah sebagai ritual keagamaan/ tradisi paganisme perhormatan
dan pesta pora sebagai perayaan kasih sayang terhadap pernikahan dewa mereka,
antara Dewa Zeus dan Hera.
Islam
melarang umatnya untuk menyerupai perayaan non Islam, مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ Artinya “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk bagian dari mereka. ” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Fenomena
Valentine Day yang sepertinya ada dukungan dari berbagai media dengan
iklan-iklan produk dan Valentine Day sendiri membuat peryaan ini sulit
dihilangakan, karena di balik semua itu ada kepentingan bisnis. Sehingga
perayaan yang bisa mendatangkan uang bagi pihak bisnismen akan sangat sulit
dihilangkan.
Perayaan
pesta pora Valentine Day tanpa memperhatikan manfaat dan mudhorot dilarang oleh
Islam, karena berbuat boros itu adalah saudara setan. Tercantum dalam Al-Qur’an
Surat Al-Isra’ (17) :27
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ
لِرَبِّهِ كَفُورًا
“
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. “
Mengingat
masih banyaknya yang menganggap peryaan Valentine Day adalah seperti perayaan
biasa yang lain, semisal hari ibu, hari pahlawan tentu diperlukan pemahaman
kepada mereka, apalagi Islam melarang seseorang untuk mengikuti suatu hal tanpa
ilmu.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
“ QS. Al-Isra’ (17): 36
Bahayanya
lagi kalau kita tidak mengetahui ilmunya kita bisa terjerumus ke dalam
kesyirikan, karena kata “Valentine” adalah bahasa latin yang artinya “Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Maka dilarang mengucapkan “to be
myValentine” karena itu berarti kita meminta orang yang kita sayang untuk
seperti Allah. Na’udzubillah min dzalik
Melihat dalil-dalil di
atas maka umat Islam dilarang untuk ikut merayakan atau pun meseponsorinya,
baik berupa ucapan, kirim kartu/ hadiah, mencetak dan membolehkan. Karena kita
hanya boleh menolong dalam ketakwaan sebagaimana firman Allah dalam sural
Al-Maidah وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya. “ QS. AL-Maidah (5): 2
Tradisi
Islam mengajarkan dalam berkasih sayang dengan berbagai macam cara tanpa mengistiweakan
satu hari tertentu, karena hakikat dari rasa kasih sayang adalah setiap saat.
Misalnya Rasulullah memerintahkan untuk saling mengucapkan salam, berjabatan
tangan ketika ketemu dan saling memberi hadiah. Allahu A’lam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar