Ketika kita melakukan aktifitas
sehari-hari sadarkah kita bahwa apa yang kita lakukan dinilai oleh yang maha
kuasa, maha pengasih dan maha penyayang. Apakah aktifitas kita bernilai ibadah atau
tidak. Tentu bagi sebagian orang masalah seperti ini masih kabur. Ibadah
mendapatkan pahala apabila terdapat dua syarat yaitu ikhlas karena Allah dan
mencontoh baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Dalam hadis ahad dari sahabat
Umar bin Khatab Rasulullah bersabda,”
Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang mendapatkan apa yang
diniatkannya. Barang siapa hijrah karena Allah dan rasulnya maka hijrahnya
karena Allah dan Rasulnya. Barang siapa hijrah karena dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka ia
mendapatkan apa yang diinginkannya.” ( HR Bukhari Muslim)
Ikhlas adalah sesuatu perkara
yang sulit dilaksanakan, karena amal itu benar-benar untuk Allah tanpa
mengadakan tandingan untuknya. Bahkan para sahabat pun berdoa agar tidak terkena
syirik asghor/ riya’. Karena setan pun tidak akan sanggup untuk menggoda mereka
yang ikhlas.
Niat yang baik adalah apabila segala
aktifitas kita gunakan untuk ibadah karena Allah. Yang membedakan amal yang
mubah itu ibadah atau tidak hanyalah niatnya, secara lahir itu mubah tapi
ketika diniatkan untuk ibadah maka akan bernilai ibdah disisi Allah. Sebagai
contoh makan, ketika makan itu diniatkan untuk sarana agar kuat tubuh fisik
untuk melaksanakan amal-amal ibadah maka makan itu bernilai ibadah. Begitu juga
tidur ketika tidur untuk merebahkan badan agar tubuh tetap sehat agar bisa
digunakan untuk ibadah agar kuat maka akan bernilai ibadah, begitu juga dengan
yang lainnya
Suatu perkara yang sangat besar
sampai-sampai seorang ulama pun belum tenang ketika belum ikhlas. Ikhlas adalah
seperdua agama karena ikhlas adalah syarat dari setiap diterimanya amal. Dan
dikatakan sepertiga agama karena ikhlas adalah ibadah hati dimana amal itu ada
tiga yaitu amalan hati, amalan lisan dan amalan anggota badan.
Orang yang tidak ikhlas atau
riya’ oleh Allah diancam dengan siksaan yang sangat keras, sebagaimana orang
yang pertama kali dipanggil oleh Allah untuk diadili di akhirat. Bahkan seorang
yang berjihad atau berperang fi sabilillah hanya orang yang ikhlas lah yang lebih
utama dari pada orang yang berperang hanya karena keberaniannya, kebangsaannya,
atau pun kedudukannya.
Berikut ini tanda-tanda riya’menurut sahabat Ali :
1 .
Malas beramal kalau sendirian
2 .
Semangat beramal kalau dilihat banyak orang
3 .
Amal bertambah kalau dipuji dan berkurang kalau
dicela orang.
Dan untuk membentenginya menurut Syaqiq bin Ibrahim yang
diikuti Abu Laits Samarqandi adalah:
1.
Mengakui bahwa amal ibadah nya karena bantuan
Allah
2.
Semata-mata hanya mencari ridha Allah
3.
Senantiasa mengharap ridha Allah.
Apa niat kita ketika membaca ayat Quran agar diterima dan dikabulkan apa yng di inginkan?
BalasHapus