Kamis, 02 Januari 2014

Berkata yang Baik atau Diam

       Dua pilihan tapi harus dikerjakan semuanya, tidak seperti diberi pilihan untuk memilih masuk surga atau neraka, makan atau puasa. Karena orang bijak tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam. Berbicara ketika kita harus berbicara, ketika orang lain membutuhkan nasehat kita, dan berbicara saat kita harus mengatakan yang benar. Dan diam ketika kita berada di majlis ilmu dimana kalamullah dan hadis nabi di kabarkan.
       Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.Hadis Arba’in no 15 Berkata yang tidak menyalahi syariat, tidak dusta, tidak menyakiti hati orang lain dan tidak membuat rugi orang lain dengan kata-kata yang tidak benar tentangnya semisal ghibah dan fitnah. Itulah beberapa indikator sebuah  kata yang baik dimana kita tidak menyakiti atau mendholimi orang lain, tetapi kita berkata baik bisa juga dengan berdzikir, mengajak yang makruf dan mencegah yang munkar, berbicara ilmu dan hikmah( Al-Quran dan Al-Hadis). Tidak kalah penting ketika berbicara pun kita harus dilihat kadar orang yang diajak bicara, apakah ia orang terpelajar atau bukan dewasa atau masih anak-anak. Karena terkadang apa yang kita bicarakan adalah wujud cerminan diri kita dan juga sebagai media pendidikan bagai yang usianya dibawah kita.

       Imam Asy-Syafii rahimahullah mengatakan, “ Makna hadis ini, jika seseorang hendak berbicara, maka pikirkanlah terlebih dahulu. Jika tampak padanya bahwa ucapan tersebu tidak merugikannya, maka bicaralah. Jika tampak padanya bahwa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka tahanlah (jangan bicara).”
       Sebuah keimanan yang sempurna apabila ia bisa mejaga lisannya, karena Adapun kata-kata yang terucapkan pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid.Q.S. Qaf: 18 Tidak akan terlewatkan satu kalimat pun dari penulisan malaikat yang menjaga setiap insan, entah perkataan yang baik atau buruk, karena sifat Malaikat yang patuh karena tidak di karuniai akal. Kecuali ketika seorang itu sedang tidak sadar, maka pena diangkat dari orang tersebut. Dan tidak akan dirugikan sama sekali ketika tiba saatnya hari pembalasan karena Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Q.S. Al-Isra’: 36
       Diamnya seseorang terkadang lebih sedikit salahnya daripada orang yang banyak bicara karena prosentase kesalahan lebih besar orang yang banyak bicara, tetapi kulitas kemanfaatan orang lebih tinggi orang yang banyak bicara apabila dalam kata-kata yang ia ucapakan banyak sekali ilmu-ilmu yang ia tularkan dan banyak nasehat yang ia sampaikan. Dan juga diam adalah bentuk selemah-lemah iman ketika ia berbenturan dengan amar makruf nahi mungkar.
       Dalam pergaulan sehari-hari lisan adalah teman yang selalu menemani sebagai pemanis pertemanan dan bumbu penyedap cerita. Dan terkadang dari lisan juga menjadi awal dari sebuah keretakan dari sebuah pertemanan.
       Sebagaimana Allah janjikan imbalan yang pantas bagi mereka orang yang beriman dan berkata yang baik atau diam dari yang dilarang dan tidakbermanfaat, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar.Q.S. Al-Ahzab: 70-71 Maka sudah seharusnya perkara ini kita pelajari, dan amalkan untuk kedepan yang lebih baik.

        Tidak lupa kita hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, alangkah baiknya jika saling memaafkan terhadap kata-kata yang kadang kita khilaf dan tidak sadar atau bahkan terlalu emosi yang ternyata menyakiti saudara, teman atau sahabat kita. Karena Allah lebih memerintah hambanya untuk memberi maaf dari pada memerintahkan untuk meminta maaf. Bahkan ada orang bijak yang sudah memaafkan kesalahan orang lain sebelum meminta maaf, karena alasan ia tidak mau menjadi penyebab orang yang melakukan kesalahan atau kedhaliman padanya masuk neraka. Lisan adalah bagaikan pedang yang kadang bisa membunuh kita sendiri kalau tidak digunakan dengan yang sebaik-baiknya. Allahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar