Selasa, 06 Agustus 2013

Syawalan dan Kemerdekaan



Bulan ramadhan telah berlalu, bulan yang penuh kebaikan dan penuh ampunan. Ketika ibadah ramadhan selesai kita akan hidup seperti biasa. Ramadhan bukan akhir dari sebuah ibadah tetapi itu adalah sebuah pendidikan atau latihan kita agar menjadi orang yang bertakwa yang nantinya dalam mengisi bulan-bulan yang lain sudah terbiasa dengan amal-amal yang shalih.
                Keistiqomahan kita akan teruji dibulan yang lain dimana selama ramadhan kita banyak melakukan amalan ibadah seperti puasa, shalat lail, tadarus quran dan lain-lain apakah nantinya akan tetep kita lakukan. Itulah yang sebenarnya harus dipikirkan dan renungkan agar predikat kemenangan yang sebenarnya kita dapatkan.
                Dibulan syawal ini ada juga amalan yang masih ada hubungannya dari ibadah ramadhan yaitu puasa enam hari dibulan syawal, “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” ( HR Muslim). Boleh dikerjakan tidak urut dan sangat dianjurkan karena ini adalah keutamaan. Salain itu kita bisa mengisi bulan syawal dengan ibadah-ibadah sunnah yang lain seperti sholat tahajud, dan tadarus al-quran sehingga atmosfir ramadhan akan tetep kita rasakan.       
                Di Jawa khususnya atau Indonesia umumnya setelah ramadhan selesai maka ada halal bihalal, setelah shalat Id halal bihalal yang dilakukan dengan bersalam-salaman oleh banyak orang. Mereka bermaaf-maafan, dalam Al-Quran lebih menganjurkan untuk memaafkan dari pada meminta maaf(Ali-Imran: 134). Sebagai penyempurna setelah meminta ampunan kepada Allah selama bulan ramadhan dengan amal-amal saleh yang dijanjikan ampunan apabila dikerjakan dengan keikhlasan karena Allah semata.
                Ketika seorang punya dosa dengan Allah mudah caranya untuk menghilangkan dosa tersebut yaitu dengan taubat nasuha. Beda halnya dengan dosa yang terjadi karena manusia tentu harus ada keikhlasan dari orang yang pernah dirugikan atau didhalimi. Untuk itu suatu ide yang jenius dari para ulama saat itu yang bisa menggabungkan tradisi Islam dan Jawa sehinggga ada halal bihalal atau syawalan, dimana setiap muslim saling berjabat tangan untuk saling memaafkan. Padahal yang ada tradisi Islam hanyalah berjabat tangan ketika ketemu dan bersegera meminta maaf ketika mempunyai salah. Dan juga Rasulullah dan para sahabat pun tidak melakukannya.
                Dibulan syawal yang jatuh di bulan Agustus sedikit menyinggung tentang kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan adalah rahmat  dan karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia, Rabb atau Tuhan semesta alam yang menciptakan, mengatur, memelihara alam semesta. Begitu juga bulan syawal setelah selama satu bulan terkekang dengan ibadah wajib puasa ramadhan maka setelah ini maka diberi kemerdekaan/ kebebasan dalam memanfaatkan harinya apa akan puasa atau tidak.
Maka setelah merdeka sebagai pewaris tanah air yang merdeka tanpa ada penindasan dan penjajahan lagi, maka seyogyanya diisi dengan suatu yang berguna dan  sukur nikmat agar kita tidak dikatakn orang yang kufur oleh Allah SWT. Sebagaimana sejarah menuliskan orang yang keras kepala yaitu yahudi/ kaum nabi musa, dimana setelah mereka diberi banyak kenikmatan oleh Allah seperti dijadikan para nabi dari kaum mereka, dibebaskan dari perbudakan fir’aun yang selama empat ratus tahun lamanya, mereka kufur dan melakukan banyak dosa dan melanggar larangan dan meninggalkan perintah. Maka negara yang merdeka harusnya adalah yang masyarakatnya yang berpegang kepada Al-Quran dan Hadis Rasulullah. Menjalankan apa yang disyariatkan oleh yang memberi karunia, rahmat dan kenikmatan yang tiada taranya itu, sebagai bentuk syukur kepada Allah yang memberi rahmat.
                Nasib yang sama akan terulang jika kita lupa dan tidak mau memahami dan mempelajari sejarah kaum yang telah diberi nikmat Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar