Bulan ramadhan telah berlalu,
bulan yang penuh kebaikan dan penuh ampunan. Ketika ibadah ramadhan selesai
kita akan hidup seperti biasa. Ramadhan bukan akhir dari sebuah ibadah tetapi
itu adalah sebuah pendidikan atau latihan kita agar menjadi orang yang bertakwa
yang nantinya dalam mengisi bulan-bulan yang lain sudah terbiasa dengan
amal-amal yang shalih.
Keistiqomahan
kita akan teruji dibulan yang lain dimana selama ramadhan kita banyak melakukan
amalan ibadah seperti puasa, shalat lail, tadarus quran dan lain-lain apakah nantinya
akan tetep kita lakukan. Itulah yang sebenarnya harus dipikirkan dan renungkan
agar predikat kemenangan yang sebenarnya kita dapatkan.
Dibulan
syawal ini ada juga amalan yang masih ada hubungannya dari ibadah ramadhan
yaitu puasa enam hari dibulan syawal, “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun
penuh.” ( HR Muslim). Boleh dikerjakan tidak urut dan sangat dianjurkan karena
ini adalah keutamaan. Salain itu kita bisa mengisi bulan syawal dengan
ibadah-ibadah sunnah yang lain seperti sholat tahajud, dan tadarus al-quran
sehingga atmosfir ramadhan akan tetep kita rasakan.
Di Jawa
khususnya atau Indonesia umumnya setelah ramadhan selesai maka ada halal
bihalal, setelah shalat Id halal bihalal yang dilakukan dengan bersalam-salaman
oleh banyak orang. Mereka bermaaf-maafan, dalam Al-Quran lebih menganjurkan
untuk memaafkan dari pada meminta maaf(Ali-Imran: 134). Sebagai penyempurna
setelah meminta ampunan kepada Allah selama bulan ramadhan dengan amal-amal
saleh yang dijanjikan ampunan apabila dikerjakan dengan keikhlasan karena Allah
semata.
Ketika
seorang punya dosa dengan Allah mudah caranya untuk menghilangkan dosa tersebut
yaitu dengan taubat nasuha. Beda halnya dengan dosa yang terjadi karena manusia
tentu harus ada keikhlasan dari orang yang pernah dirugikan atau didhalimi.
Untuk itu suatu ide yang jenius dari para ulama saat itu yang bisa
menggabungkan tradisi Islam dan Jawa sehinggga ada halal bihalal atau syawalan,
dimana setiap muslim saling berjabat tangan untuk saling memaafkan. Padahal
yang ada tradisi Islam hanyalah berjabat tangan ketika ketemu dan bersegera
meminta maaf ketika mempunyai salah. Dan juga Rasulullah dan para sahabat pun
tidak melakukannya.
Dibulan
syawal yang jatuh di bulan Agustus sedikit menyinggung tentang kemerdekaan
Indonesia. Kemerdekaan adalah rahmat dan
karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia, Rabb atau Tuhan semesta alam
yang menciptakan, mengatur, memelihara alam semesta. Begitu juga bulan syawal
setelah selama satu bulan terkekang dengan ibadah wajib puasa ramadhan maka
setelah ini maka diberi kemerdekaan/ kebebasan dalam memanfaatkan harinya apa
akan puasa atau tidak.
Maka setelah merdeka sebagai
pewaris tanah air yang merdeka tanpa ada penindasan dan penjajahan lagi, maka seyogyanya
diisi dengan suatu yang berguna dan sukur nikmat agar kita tidak dikatakn orang
yang kufur oleh Allah SWT. Sebagaimana sejarah menuliskan orang yang keras kepala
yaitu yahudi/ kaum nabi musa, dimana setelah mereka diberi banyak kenikmatan oleh
Allah seperti dijadikan para nabi dari kaum mereka, dibebaskan dari perbudakan
fir’aun yang selama empat ratus tahun lamanya, mereka kufur dan melakukan
banyak dosa dan melanggar larangan dan meninggalkan perintah. Maka negara yang
merdeka harusnya adalah yang masyarakatnya yang berpegang kepada Al-Quran dan
Hadis Rasulullah. Menjalankan apa yang disyariatkan oleh yang memberi karunia,
rahmat dan kenikmatan yang tiada taranya itu, sebagai bentuk syukur kepada
Allah yang memberi rahmat.
Nasib yang
sama akan terulang jika kita lupa dan tidak mau memahami dan mempelajari sejarah
kaum yang telah diberi nikmat Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar