Dalam
ayat 28-29 surat Ibrahim yang artinya:”
Tidaklah engkau memperhatikan orang-orang
yang menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjauhkan kaumnya ke lembah
kebinasaan? Yaitu neraka jahannam, mereka masuk masuk kedalamnya, dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali."
Ibnu
Abbas radhiyyallahu ‘anhum menjelaskan bahwa orang-orang yang menukar nikmat
Allah adalah para kaum kafir Quraisy.Tetapi karena keumuman lafadz maka tidak
menutup kemungkinan bahwa semua orang kafir termasuk di dalamnya. Karena mereka
sama-sama menolak apa yang dibawa Nabi Muhammad yaitu Al-Quran dan mengakui
Muhammad adala nabi dan rasul Allah.
Kata
yang digunakan untuk menunjukan nikmat dalam ayat tersebut menggunakan bentuk
tunggal ( ni’mah) dan tidak dalam bentuk jamak (ni’am). Logikanya jika terhadat
satu nikmat aja mereka tidak bersukur bagaimana mungkin mereka akan bersukur
dengan nikmat yang banyak. Itulah salah satu ciri orang kafir yang tidak mau
tunduk pada perintah Allah mengingkari dan mendustakan ayatnya.
Sejatinya
nikmat seperti harta dan berbagai macamnya adalah nikmat yang semu dimana itu
dapat membuat kita lupa kepada akhirat, tetapi nikmat hakiki adalah apa yang
membuat kita akan bahagia di akhirat kelak yaitu apa yang ada dalam hati setiap
orang muslim yaitu iman. Hidayah taufik yang diberikan kepada orang-orang yang
dicintai Allah dengan memeluk Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW beserta kitab
Al-Quran yang menjadi hujah dan sebagai mukjizat sepanjang masa.
Dalam
banyak ayat Allah menceritakan bagaimana nasib umat-umat terdahulu yang mereka
tidak mau mensukuri nikmat Allah mengingkari para nabinya dan apa yang dibawa
bahkan mereka menganggap para nabi adalah gila. Maka oleh Allah mereka diberi
azab dengan menghancurkannya sebagaimana umatnya nabi Nuh, kaum ‘Aad umat nabi
Hud, kaum Luth, dan kaum samud umatnya nabi shaleh. Itulah ayat-ayat yang
diceritakan kepada kita agar kita bisa mengambil pelajaran didalamnya, sebagai
ibrah bagi kehidupan.
Sehingga
sebagai hamba yang cerdas maka kita harus tahu bagaimana cara bersukur terhadap
nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Yaitu dengan menggunakannya
dengan berbagai ketaatan beribadah kepada Allah SWT melakukan amalan-amalan
saleh dan meninggalkan apa yang diharamkan. Karena ketaatan itulah yang akan
membuat nikmat itu tidak diambil oleh
Allah SWT bahkan justru akan ditambah dengan nikmat yang lain. Sebagaimana yang
tertulis dalam ayat 7 surat Ibrahim yang artinya: “Sesungguhnya jika engkau mau bersukur maka akan Kami tambah ( nikmat)
kmai kepadamu, dan jika engkau mengingkari ( nikmat-Ku), maka sungguh azab-Ku
sangatlah pedih.”
Kita
bersukur kepada Allah karena banyak sekali nikmat yang telah diberikan bahkan
yang tidak kita minta sekalipun,itulah yang menunjukan kemurahan Allah kepada
hambanya. Baik nikmat yang lahir maupun batin, nikmat iman, Islam, kesehatan,
kesempatan, hidup, anggota badan, akal, harta, dan masih banyak lagi yang tidak
akan sanggup kita untuk menghitungnya.”Dan jika kalian menghitung nikmat Allah,
maka kalian tidak akan dapat menghitungnya.” (QS: Ibrahim: 34) maka sudah
sepantasnya dan selayaknya kalau kita mengucap “ALHAMDULILLAHI RABBIL ‘ALAMIN”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar