Rabu, 24 Juli 2013

Muhasabah Diri


            Setiap amal manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT  di hari kiamat.  Maka dari itu setiap orang di dunia wajib mempelajari dan mengetahui hukum semua hal-hal di dunia. Sering kita terlelap dengan kebiasaan-kebiasaan, kegiatan-kegiatan yang tidak berguna yang tidak ada manfaatnya untuk kita baik untuk dunia atau akhirat..
            Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman agar umat Islam mengintrospeksi diri( red: muhasabah) yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhaitkan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok( akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( Al-Hasyr: 18) inilah yang menjadi dalil agar manusia memikirkan apa yang akan dilakukan di kehiudupan yang hanya sebentar ini untuk kehidupan yang abadi di akhirat.

            Dalam ayat yang lain Allah SWT mengingat kepada hambanya agar selalu ingat bahwa apa yang yang sudah diberikan kepadanya akan dimintai pertanggung jawaban yaitu dalam firmannya surat  Al-‘Isra’: 36 yang artinya “Dan janganlah kalian mengikuti apa-apa yang kalian tidak mengetahui ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semua akan dimintai pertanggungjawabannya.” Dan sekecil apapun amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia maka Allah akan membalasnya( Az-Zalzalah)
            Manusia adalah makhluk yang diciptakan tidak lepas dari kesalahan dan dosa.maka dari itu banyak para ulama menganjurkan agar manusia banyak-banyak melakukan muhasabah atau instrospeksi diri. Muhasabah adalah memikirkan apa-apa yang telah kita lakukan dan yang akan dilakukan agar tidak jatuh kedalam kebinasaan. Muhasabah ada dua macam:
1.    Muhasabah sebelum melakukan perbuatan.
Muhsabahsebelum melakukan perbuatan adalah ketika akan melakukan amal saleh memikirkan apakah amal ini bernilai ikhlas karena Allah atau karena yang lain, kalau karena yang lain atau syirik maka ditinggalkan, kecuali amalan wajib karena itu harus dikerkerjakan seperti shalat. Fudhail berkata,” Meninggalkan amalan karena orang lain adalah riya’. Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik.”
2.    Muhasabah setelah melakukan perbuatan.
Muhasabah sesudah beramal diantara yang dipikirkan yaitu amalan ketaatan kepada Allah baik amalan wajib dan sunnah jika belum dikerjakan maka beristighfar mohon ampun kepada Allah dan jika sudah maka kita lihat amalan sunnahnya. Meningalkan yang dilarang oleh Allah baik yang haram atau yang makruh jika masih melakukan berusaha dengan sekuat hati untuk meninggalkannya dan mohon ampun kepada Allah dan meminta agar diberi kekuatan untuk lepas dari perbuatan haram dan kemaksiatan tersebut. Dan yang terakhir adalah meninggalkan amalan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan.

            Dan jangan sampai kita hidup didunia tertipu dan menyepelekan amalan kita sampai tiba masa dimana harta, tahta, keluarga tidak berguna lagi, karena semasa hidup terlalu mengharap ampunan Allah tanpa dibarengi dengan ketaatan dan usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar