Minggu, 28 Juli 2013

Fenomena Malam Takbiran

         Kita tentu sering melewati malam pertama bulan syawal atau yang lebih populer dikalangan masyarakat kita disebut malam takbiran. Malam yang dirayakan oleh umat muslim dengan lantunan takbir, tahmid, dan tahlil. Sebagai bentuk syukur  karena sudah melewati bulan dimana kewajiban puasa sudah selesai dijalankan dan amalan-amalan yang sunnah  juga sudah disempurnakan.
Banyak sekali macam dan bentuknya umat islam dalam merayakan malam takbiran tersebut ada yang  berkumpul dengan keluarganya dirumah maupun diluar, berkumpul dengan teman, atau juga berkumpul orang banyak . Sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia bahwa setiap malam takbiran ada takbir keliling baik yang sekala kecil seperti di desa-desa atau sekala besar dimana takbir keliling diwarnai dengan perlombaan dimana akan kita lihat banyak sekali lampion-lampion yang sungguh indah dan berbagai variasinya.

Diluar itu semua ada juga yang merayakan malam takbiran dengan berfoya-foya menghabiskan uangnya untuk membeli barang yang tidak berguna untuk dirinya maupun orang lain semisal petasan. Bahkan konon ada yang sampai jutaan untuk membeli petasan tersebut. Inilah yang menjadikan kita prihatin sebagai generasi muda apakah harus dan iya setiap kebahagian harus diluapkan dengan foya-foya seperti itu. Padahal dalam Al-Quran kita diperintahkan untuk bertakbir memuji kebesaran Allah yang tersurat dalam surat Al-Baqarah ayat 185 setelah sempurna bulan ramadhan, yang artinya: ”...hendakalan kamu mencukupkan bilangannya( puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah( Bertakbir) tas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.”  (QS:Al-baqarah: 185) inilah ayat yang oleh banyak ulama disebut sebagai dalil takbir dimalam takbiran.
Lalu apakah akan masih kita lewati malam mulia itu dengan berfoya-foya yang tidak ada manfaatnya buat  semua orang bahkan tidak semua orang suka dengan petasan, orang-orang tua kita yang sudah sepuh atau lanjut usia masih banyak yang trauma dengan penjajahan dulu yang mana suara petasan identik dengan suara alat perang semisal boom atau tembakan. Bahkan dalam ayatnya Allah sudah menyinggung para hambanya agar tidak berbuat berlabihan karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan dalam berbagai hal kecuali dalam kebaikan. Alangkah baiknya jika uang-uang itu kita gunakan hal yang bermanfaat untuk mereka yang kurang mampu.
Padahal malam takbiran itu sebenarnya adalah sebagai sarana evalusi diri, introspeksi diri, muhasabah sebagai hamba Allah yang sudah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Apakah lupa bahwa kita sudah ditinggal pergi oleh tamu yang mulia dimana kelebihannya tidak kita temukan lagi di bulan yang lain. Yang mana amalan dibulan ramadhan oleh Allah amalan sunnah pahalanya seperti wajib. Banyak sekali  orang dermawan dan jalan-jalan kebaikan yang terbentang luas yang bisa kita nikmati. Semua manusia merasakan kebahagian sama-sama mersakan perihnya menahan lapar dan dahaga bahkan bahagia itu muncul bersama setelah akan berbuka. Itulah nikmat Allah yang diberikan kepada umatnya yang disayangi yang dihadiahi surga di akhirat kelak.

Mari kita isi malam itu dengan tuntunan syariat Islam dengan lantunan kalimat thayyibah sebagai bentuk syukur kita kepada Allah. Dan mudah-mudahan kita masih bisa dipertemukan lagi dengan Ramadhan tahun depan. Semoga kita mendapat predikat takwa yang menjadi hikmah atau tujuan puasa. Dan kita masih bisa semangat dan istiqomah untuk menjalankan amalan-amalan saleh di bulan berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar