Kita tentu sering melewati malam
pertama bulan syawal atau yang lebih populer dikalangan masyarakat kita disebut
malam takbiran. Malam yang dirayakan oleh umat muslim dengan lantunan takbir,
tahmid, dan tahlil. Sebagai bentuk syukur karena sudah melewati bulan dimana kewajiban
puasa sudah selesai dijalankan dan amalan-amalan yang sunnah juga sudah disempurnakan.
Banyak sekali macam dan bentuknya
umat islam dalam merayakan malam takbiran tersebut ada yang berkumpul dengan keluarganya dirumah maupun
diluar, berkumpul dengan teman, atau juga berkumpul orang banyak . Sudah
menjadi tradisi umat Islam di Indonesia bahwa setiap malam takbiran ada takbir
keliling baik yang sekala kecil seperti di desa-desa atau sekala besar dimana
takbir keliling diwarnai dengan perlombaan dimana akan kita lihat banyak sekali
lampion-lampion yang sungguh indah dan berbagai variasinya.
Diluar itu semua ada juga yang
merayakan malam takbiran dengan berfoya-foya menghabiskan uangnya untuk membeli
barang yang tidak berguna untuk dirinya maupun orang lain semisal petasan.
Bahkan konon ada yang sampai jutaan untuk membeli petasan tersebut. Inilah yang
menjadikan kita prihatin sebagai generasi muda apakah harus dan iya setiap
kebahagian harus diluapkan dengan foya-foya seperti itu. Padahal dalam Al-Quran
kita diperintahkan untuk bertakbir memuji kebesaran Allah yang tersurat dalam
surat Al-Baqarah ayat 185 setelah sempurna bulan ramadhan, yang artinya: ”...hendakalan
kamu mencukupkan bilangannya( puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah(
Bertakbir) tas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS:Al-baqarah: 185) inilah ayat yang oleh
banyak ulama disebut sebagai dalil takbir dimalam takbiran.
Lalu apakah akan masih kita
lewati malam mulia itu dengan berfoya-foya yang tidak ada manfaatnya buat semua orang bahkan tidak semua orang suka
dengan petasan, orang-orang tua kita yang sudah sepuh atau lanjut usia masih
banyak yang trauma dengan penjajahan dulu yang mana suara petasan identik
dengan suara alat perang semisal boom atau tembakan. Bahkan dalam ayatnya Allah
sudah menyinggung para hambanya agar tidak berbuat berlabihan karena Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan dalam berbagai hal kecuali dalam
kebaikan. Alangkah baiknya jika uang-uang itu kita gunakan hal yang bermanfaat
untuk mereka yang kurang mampu.
Padahal malam takbiran itu
sebenarnya adalah sebagai sarana evalusi diri, introspeksi diri, muhasabah
sebagai hamba Allah yang sudah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Apakah lupa bahwa kita sudah ditinggal pergi oleh tamu yang mulia dimana
kelebihannya tidak kita temukan lagi di bulan yang lain. Yang mana amalan
dibulan ramadhan oleh Allah amalan sunnah pahalanya seperti wajib. Banyak
sekali orang dermawan dan jalan-jalan
kebaikan yang terbentang luas yang bisa kita nikmati. Semua manusia merasakan
kebahagian sama-sama mersakan perihnya menahan lapar dan dahaga bahkan bahagia
itu muncul bersama setelah akan berbuka. Itulah nikmat Allah yang diberikan
kepada umatnya yang disayangi yang dihadiahi surga di akhirat kelak.
Mari kita isi malam itu dengan
tuntunan syariat Islam dengan lantunan kalimat thayyibah sebagai bentuk syukur
kita kepada Allah. Dan mudah-mudahan kita masih bisa dipertemukan lagi dengan
Ramadhan tahun depan. Semoga kita mendapat predikat takwa yang menjadi hikmah
atau tujuan puasa. Dan kita masih bisa semangat dan istiqomah untuk menjalankan
amalan-amalan saleh di bulan berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar