Rabu, 11 September 2013

Iman Harus Selalu di Cash



Seorang muslim ketika mengikrarkan keIslamannya tentu dia mengakui dan meyakini akan KeEsaan Yang Maha Kuasa. Akidah yang benar meyakini bahwa Allah SWT yang telah mencipta, mengatur, dan memelihara alam semesta, mentauhidkan Allah untuk tidak melakukan kesyirikan yang akan membuat Allah murka. Terakhir mengimani apa yang telah Allah kabarkan kepada manusia tentang asma dan sifat nya dari Al-Quran dan Hadits Nabinya.

Harta berharga seorang muslim adalah apa yang ada dalam hati yaitu iman, yang tidak akan digadaikan oleh orang yang benar-benar iman dengan harga yang sangat murah. Berbeda dengan orang-orang yang masih lemah imannya yang akan menjual harta berharga tersebut hanya karena memenuhi nafsunya. Keimanan juga diartikan dengan apa yang ia yakini dan benarkan dalam hati, diikrarkan dalam lisannya, dan kemudian ia amalkan dengan anggota badan untuk digunakan dalam menunaikan ketaatan dan ketakwaan kepada Sang khalik Allah SWT. Tentu orang yang beriman sejatinya dia telah membenarkan dalam hati perihal yang ia yakini, seperti bahwa Allah adalah yang menguasai alam semesta. Kemudian mengucapkan dengan lisannya bahwa allah adalah Rabb alam semesta, dan kemudian melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Sebagaimana pengertian iman secara syariat yang diajarkan oleh Jibril kepada para sahabat, iman adalah beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul, hari kiamat, dan takdir yang baik dan buruk.
Iman kalau boleh saya diibaratkan itu seperti sebuah batu bateray hand phone, yang harus selalu di cash atau diisi ulang tenaga listriknya agar bisa menghidupkan hp untuk digunakan yang punya. Kalau tidak di cash maka akan mati dan tidak bisa digunakan untuk memberi energi listrik pada hp, begitu juga iman yang akan memberi energi orang untuk beramal shaleh. Karena tanpa iman amal seseorang akan menjadi males-malesan.
Orang yang beriman tentu akan merasa bahwa hidupnya didunia ini diawasi oleh Allah SWT, dicatat amalnya oleh malaikat yang senantiasa berada didekatnya, dan akan dimintai pertanggung jawaban apa yang telah dilakukan didunia baik amal baik atau buruk, besar dan kecil. Dan akan berusaha melakukan amal-amal yang shaleh untuk mendapatkan pahala baik dengan melaksanakan amalan wajib ataupun amalan sunnah, menjauhi yang dapat menjerumuskan kedalam neraka baik dengan menjauhi yang haram atau meninggalkan kewajiban.
Berbeda dengan orang yang tidak beriman, dengan rasa aman dan tenang tidak memperdulikan amalnya didunia karena sudah terlebih dahulu tidak percaya bahwa kelak akan dibangkitkan dan dihukumi segala perbuatan dengan seadil-adilnya. Sehingga dalam hidupnya pun tidak memikirkan mana yang baik atau mana yang buruk. Seenaknya saja tidak memikirkan akibat yang akan didapatnya, dan sangat berbanding terbalik dengan seorang muslim yang selalu berpikir dan berhati-hati dalam beramal agar sesuai syariat.
Kalau melihat orang yang beriman melakukan sebuah kesalan atau maksiat maka itulah gambaran iman nya yang sedang turun karena disebabkan hebatnya godaan setan dan besarnya dorongan hawa nafsu . Sebagaimana hadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari melalui sahabat Abu Hurairah r.a. ,” Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu berzina jika ia sedang beriman. Dan tidak akan meminum khamar seseorang di waktu meminum jika ia sedang beriman. Dan tidak akan mencuri seseorang di waktu mencuri jika ia sedang beriman.”  Untuk mencash kembali maka wajib beristighfar memohon ampun atas dosa yang telah dilakukannya, berusaha untuk tidak mengulanginya lagi dengan melakukan taubatan nasuha.
Keimanan seseorang agar tidak turun haruslah selalu melakukan ketakwaan kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Berdzikir kepda Allah, membaca Al-Quran, shalat wajib lima waktu dan lebih baik lagi dengan shalat sunnahnya, puasa ramadhan dan sunnah-sunnah di bulan ramadhan, dan shodakah semampu dan seikhlasnya. Selain itu menjauhi hal-hal yang mengarah kepada dosa atau maksiat dan meninggalkan yang jelas-jelas dilarang oleh syariat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar